TUGAS MATA KULIAH ADAPTIF SOFTSKILL

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada zaman yang modern ini, pembangunan di Ibukota Jakarta mengalami banyak peningkatan seperti banyaknya bangunan gedung-gedung pencakar langit dan perumahan-perumahan di jakarta. Akibat banyaknya pembangunan ini menyebabkan lahan yang digunakan untuk membuang sampah-sampah yang diangkut oleh truk pengangkut sampah semakin tidak ada. Karena tidak mungkin untuk membuang sampah-sampah itu di sebelah gedung atau perumahan karena dapat mengakibatkan polusi udara. Karena itu banyak masyarakat mengambil jalan keluar yang menurut mereka adalah lebih praktis yaitu dengan membuang sampahnya di sungai, danau, laut ataupun aliran air. Mereka berfikir bahwa dengan membuang sampah di sekitar sungai maka sampah-sampah itu akan segera hilang terbawa arus sungai dan mereka tidak pernah berfikir akan dampak dan akibat yang ditimbulkan dari apa yang mereka lakukan. Selain dari membuang sampah di aliran sungai. Banyak masyarakat ibukota juga yang membuang sampahnya sembarangan dimana-mana.

Dan seperti yang kita tahu semakin banyak terlihatnya kesenjangan antar masyarakat semakin membuat beberapa masyarakat melakukan tindak penenbangan liar untuk diperjualbelikan ke luar negeri demi menunjang kesejahteraan hidup mereka. Mereka menebang pohon dengan tanpa surat izin dan memang seharusnya mereka tidak boleh menebangnya dan dampak yang diakibatkan dari penebangan liar ini sangat banyak sekali. Semakin banyak sampah yang dibuang dan semakin banyak pohon yang ditebang maka akan mengakibatkan ketidakstabilan pada alam yang mengakibatkan bencana alam seperti banjir.

Dan pada bencana banjir juga dapat dikatagorikan sebagai proses alamiah atau fenomena alam, yang dipicu oleh beberapa faktor penyebab:

  1. Fenomena alam, seperti curah hujan, iklim, geomorfologi wilayah;
  2. Aktivitas manusia (Proses Man-Made) yang tidak terkendali dalam mengeksploitasi alam, yang mengakibatkan kondisi alam dan lingkungan menjadi rusak.

Lalu sejalan dengan proses pembangunan yang berkelanjutan, diperlukan juga upaya pengaturan dan pengarahan terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan, dengan prioritas utama untuk menciptakan kembali keseimbangan ekologis lingkungan.

Dan Sehubungan dengan masalah banjir ini, langkah-langkah yang harus diambil oleh pemerintah ataupun masyarakat sekitar adalah melalui kegiatan penanaman pohon atau gerakan penghijauan hutan, dan pembinaan bagi masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Bencana banjir tersebut sebenarnya terjadi akibat akumulasi dari ulah manusia yang membuang sampah sembarangan dan menghacurkan sumberdaya hutan, dan ironisnya aktifitas ini merupakan dampak dari kebijakan negara dan tidak ada pembinaan untuk melakukan pencegahannya. Maka dari itu banjir selalu melanda Ibukota Jakarta bukan hanya karena faktor dari alam dan geografis wilayah tapi karena faktor dari aktivitas manusia yang sedikit demi sedikit menyebabkan kerusakan alam dan lingkungan.

C. PEMBATASAN MASALAH

Sebenarnya banyak sekali penyebab dari Banjir seperti sampah, hutan gundul, gempa bumi, badai, geomorfologi wilayah, curah hujan, iklim, dsb.

Tetapi disini penulis hanya membahas mengenai sampah, sampah itu adalah barang-barang yang telah habis dipakai dan dibuang. Biasanya sampah selalu dibuang sembarangan. sampah dikategorikan menjadi beberapa jenis pencemaran :

  1. sampah-sampah plastik yang sukar hancur, botol, karet sintesis, pecahankaca, dan kaleng
  2. detergen yang bersifat non-biodegradable (secara alami sulit diuraikan)
  3. zat kimia dari buangan pertanian, misalnya insektisida
  4. Sampah organik yang dibusukkan oleh bakteri menyebabkan 02 di air
  5. berkurang sehingga mengganggu aktivitas kehidupan organisme air

D. PERUMUSAN MASALAH

Banjir bagi kita sebagai penduduk di Ibukota Jakarta pasti sudah tidak asing lagi mendengarnya. Karena setiap tahun banjir pasti selalu melanda Ibukota Jakarta pada musim hujan. Karena itu dalam penulisan makalah ini, penulis ingin membahas mengenai pertanyaan tentang :

  • apa itu banjir?
  • Mengapa banjir selalu paling sering melanda Ibukota Jakarta?
  • Bagaimana cara mencegah dan menanggulangi banjir?
  • Adakah peringatan dini sebelum terjadinya banjir, agar penduduk dapat terselamatkan dari bahaya banjir?

Sebenarnya masih banyak lagi yang kita pertanyakan seputar banjir. Tapi karena ruang lingkup kita begitu terbatas. Penulis hanya menjelaskan sedikit dari banyak pertanyaan yang disampaikan mengenai banjir dan dampaknya.

E. TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan ini adalah untuk menjadi bahan penilaian dari tugas Mata Kuliah Adaptif Softskill Bahasa Indonesia dengan membahas materi tentang Banjir yang melanda Ibukota Jakarta.

F. MANFAAT ATAU KEGUNAAN DARI PENULISAN

Semoga penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat dan digunakan oleh:

  1. Bpk. Sangsang sangabakti selaku Dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia, dalam rangka untuk dijadikan bahan penilaian pada tugas Mata Kuliah Adaptif Softskill ini.
  2. Mahasiswa dan Masyarakat, sebagai acuan dalam memberikan pemahaman mengenai penyebab banjir dan dampak yang disebabkan dari banjir.

BAB II

MASALAH BANJIR

A. Pengertian Banjir

Banjir adalah suatu peristiwa tergenang dan terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena volume air yang meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan besar, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan sungai.

Di banyak daerah yang gersang di dunia, tanahnya mempunyai daya serapan air yang buruk, atau jumlah curah hujan melebihi kemampuan tanah untuk menyerap air. Ketika hujan turun, yang kadang terjadi adalah banjir secara tiba-tiba yang diakibatkan terisinya saluran air kering dengan air. Banjir semacam ini dapat juga disebut banjir bandang.

B. Pengertian Banjir Bandang

Banjir Bandang adalah banjir yang sering terjadi di daerah di permukaan rendah akibat hujan yang turun terus-menerus dan muncul secara tiba-tiba. Banjir bandang terjadi saat penjenuhan air terhadap tanah di wilayah tersebut berlangsung dengan sangat cepat hingga tidak dapat diserap lagi. Air yang tergenang lalu berkumpul di daerah-daerah dengan permukaan rendah dan mengalir dengan cepat ke daerah yang lebih rendah. Akibatnya, segala macam benda yang dilewatinya dikelilingi air dengan tiba-tiba. Banjir bandang dapat mengakibatkan kerugian yang besar. Kelestarian alam harus dijaga untuk mencegah banjir bandang ini terjadi.


C. Penyebab Utama Terjadinya Banjir

Penyebab-penyebab utama terjadinya Banjir, adalah sebagai berikut :

  • Hujan muson dapat mengakibatkan banjir besar di negara-negara yang terletak di dekat khatulistiwa seperti Bangladesh, karena panjangnya musim hujan di sana.
  • Badai juga dapat menyebabkan banjir melalui beberapa cara, di antaranya melalui ombak besar yang tingginya bisa mencapai 8 meter. Selain itu badai juga mempunyai adanya presipitasi yang dikaitkan dengan peristiwa badai. Mata badai mempunyai tekanan yang sangat rendah, jadi ketinggian laut dapat naik beberapa meter pada mata guntur. Banjir pesisir seperti ini sering terjadi di Bangladesh.
  • Gempa bumi dasar laut maupun letusan pulau gunung berapi yang membentuk kawah (seperti Thera atau Krakatau) dapat memicu terjadinya gelombang besar yang disebut tsunami yang menyebabkan banjir pada daerah pesisir pantai.
  • Letak Geografis yang lebih rendah dapat menyebabkan banjir juga. Ini dikarenakan letak suatu daerah yang lebih rendah terkadang sering terjadi banjir karena meluapnya sungai di dataran yang lebih tinggi menuju ke dataran yang lebih rendah. Dan biasanya hal seperti ini sering terjadi di Ibukota Jakarta.

D. Dampak dan Kerugian yang disebabkan Banjir di Ibukota Jakarta

Seluruh aktivitas di kawasan yang tergenang banjir menjadi lumpuh dan sulit untuk kembali normal dengan cepat. dikarenakan jaringan telepon dan internet menjadi terganggu. Listrik di sejumlah kawasan yang terendam juga menjadi padam. Puluhan ribu warga di Jakarta dan daerah sekitarnya terpaksa mengungsi di posko-posko terdekat. Sebagian lainnya hingga Jumat malam masih terjebak di dalam rumah yang sekelilingnya digenangi air hingga 2-3 meter. Mereka tidak bisa keluar untuk menyelamatkan diri karena perahu tim penolong tidak kunjung datang.

Di dalam kota, kemacetan terjadi di banyak lokasi, termasuk di Jalan Tol Dalam Kota. Genangan-genangan air di jalan hingga semeter lebih juga menyebabkan sejumlah akses dari daerah sekitar pun terganggu.

Arus banjir menggerus jalan-jalan di Jakarta dan menyebabkan berbagai kerusakan yang memperparah kemacetan. Diperkirakan sebanyak 82.150 meter persegi jalan di seluruh Jakarta rusak ringan sampai berat. Kerusakan beragam, mulai dari lubang kecil dan pengelupasan aspal sampai lubang-lubang yang cukup dalam. Kerusakan yang paling parah terjadi di Jakarta Barat, tempat jalan rusak mencapai 22.650 m², disusul Jakarta Utara (22.520 m²),Jakarta Pusat (16.670 m²), Jakarta Timur (11.090 m²). Kerusakan jalan paling ringan dialami Jakarta Timur, yang hanya menderita jalan rusak seluas 9.220 m². Untuk merehabilitasi jalan diperkirakan diperlukan dana sebesar Rp. 12 miliar.

Banjir juga membuat sebagian jalur kereta api lumpuh. Lintasan kereta api yang menuju Stasiun Tanah Abang tidak berfungsi karena jalur rel di sekitar stasiun itu digenangi air luapan Sungai Ciliwung sekitar 50 sentimeter.

Sekitar 1.500 rumah di Jakarta Timur hanyut dan rusak akibat banjir. Kerusakan terparah terdapat di Kecamatan Jatinegara dan Cakung. Rumah-rumah yang hanyut terdapat di Kampung Melayu (72 rumah), Bidaracina (5), Bale Kambang (15), Cawang (14), dan Cililitan (5). Adapun rumah yang rusak terdapat di Pasar Rebo (14), Makasar (49), Kampung Melayu (681), Bidaracina (16), Cipinang Besar Selatan (50), Cipinang Besar Utara (3), Bale Kambang (42), Cawang (51), Cililitan (10), dan Cakung (485). [7]

Kerugian di Kabupaten Bekasi diperkirakan bernilai sekitar Rp 551 miliar. Kerugian terbesar adalah kerusakan bangunan, baik rumah penduduk maupun kantor-kantor pemerintah. Selain itu jalan kabupaten sepanjang 98 kilometer turut rusak. Sedikitnya 7.400 hektar sawah terancam puso.

E. Pasca Bencana Banjir di Ibukota Jakarta

Hingga hampir sepekan pascabanjir di Ibukota Jakarta pada tahun lalu tanggal 14 Februari 2007, 20 lampu lalu lintas di seluruh DKI Jakarta masih tidak berfungsi. Matinya lampu lalu lintas menyebabkan arus kendaraan di beberapa kawasan terganggu dan menimbulkan kemacetan. Di Jakarta Pusat lalu lintas di beberapa perempatan tidak dipandu lampu lalu lintas. Di kawasan Roxy, misalnya, lampu lalu lintas tidak berfungsi. Akibatnya, kemacetan terjadi sepanjang pagi hingga menjelang sore. Situasi serupa tampak di kawasan Kramat Bunder.

Penanganan sampah setelah banjir surut volume sampah yang harus ditangani meningkat. Sampah-sampah yang terbawa sungai pada sampai tanggal 8 Februari berlipat ganda dari 300 m³ menjadi 600 m³ per hari. Sampah-sampah tersebut berupa antara lain berupa puing bangunan, kayu dan perabotan hanyut. Selain itu banyaknya sampah yang dikirim ke tempat penampungan akhir (TPA) Bantargebang, Bekasi, juga bertambah. Sampai 15 Februari kiriman sampah sisa banjir ini diperkirakan mencapai 1.500 ton per hari.

F. Penyakit yang disebabkan dari Banjir

Setelah terjadinya banjir, warga masyarakat banyak yang mendapat penyakit infeksi saluran pernafasan, diare, dan penyakit kulit, terutama warga yang berada di pengungsian. Ini disebabkan keadaan sanitasi dan cuaca yang buruk. Dan ditemui pula beberapa kasus demam berdarah dan leptospirosis sebagai akibat genangan air setelah banjir.

G. Banjir Susulan Yang Sering Terjadi di Ibukota Jakarta setelah Pasca Banjir

Hujan deras sejak Selasa pagi, 13 Februari, di Depok dan sebagian wilayah Jakarta Selatan menyebabkan air kembali menggenangi sebagian rumah-rumah warga yang baru saja kering dari terpaan banjir pekan sebelumnya. Hujan tersebut menyebabkan Kali Krukut yang melintasi kawasan Kemang dan Petogogan, Jakarta Selatan meluap.

Luapan itu meluas dan menggenangi rumah-rumah warga di perkampungan tersebut hingga sebatas lutut orang dewasa. Kontur tanah perkampungan yang menjorok rendah ke arah sungai menyebabkan wilayah itu mudah sekali terbanjiri luapan air dari sungai. Di kawasan Kemang, tepatnya di Kelurahan Bangka, air menggenangi sekitar seratusan rumah petak di belakang deretan kafe-kafe elit di Jalan Kemang Raya. Semakin mendekati Kali Krukut, air sudah memasuki bagian dalam rumah hingga sebetis. Banjir besar pekan lalu telah menerpa kampung tersebut hingga ketinggian dua meter.

Banjir serupa juga kembali menimpa warga Perumahan Pondok Payung Mas, Kelurahan Cipayung, Kecamatan Ciputat, Tangerang, Banten.

Hujan yang turun pada hari Sabtu 17 Februari menyebabkan sebanyak 2.761 warga Jakarta dari 612 kepala keluarga (KK), terpaksa mengungsi kembali karena rumah mereka tergenang air. Genangan ini terjadi di beberapa pemukiman di Pancoran, Kebayoran Baru, Jatinegara, dan Kramat Jati. Ketinggian genangan berkisar antara 40-120 cm.

Banjir adalah bencana alam yang terjadi secara alami maupun oleh ulah manusia. Sekarang ini banjir sering terjadi disebabkan ulah manusia yang mulai tidak menghiraukan keseimbangan alam. Mulai dari membuang sampah di sungai, penggundulan hutan oleh manusia, penggalian material pasir dan batu alam secara liar tidak terkendali. Sebagai contoh nyata, pada tanggal 9 Februari 2010 terjadi banjir bandang di Kampung Landeuh Desa Karang Tengah Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor. Yang mengakibatkan 60 rumah penduduk terendam air dan 2 rumah lainnya rusak parah namun tidak menelan korban jiwa.

Setelah dilakukan pengamatan, di daerah tersebut masyarakatnya belum menyadari bagaimana pentingnya memelihara keseimbangan alam. Pada umumnya masyarakat setempat menggantungkan hidupnya dari hasil alam baik berupa batu belah yang digali dari perbukitan serta penambangan pasir si sungai juga terjadi penggundulan hutan disekitar Gunung Pancar. Hal ini menyebabkan terjadinya banjir bandang yang pada sebelumnya belum pernah terjadi di tempat tersebut. Berdasarkan informasi masyarakat sekitar, banjir bandang tersebut terjadi karena adanya pendangkalan pada alur sungai Cipancar yang bertemu dengan beberapa anak sungai lainnya.

Perlu disadari bahwa keseimbangan alam sangatlah penting bagi kelangsungan hidup manusia di bumi ini. Hutan sebagai daerah resapan air kini tidak lagi mampu menahan laju debit air hujan yang turun dari daerah dataran tinggi. Juga penggalian batu alam dan pasir yang tidak terkendali sehingga menyebabkan pendangkalan sungai akibat erosi tanah dari pebukitan. Hal ini pada akhirnya dapat menyebakan bencana bagi kehidupan manusia.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

  • Pengertian banjir itu sendiri adalah suatu peristiwa tergenang dan terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena volume air yang meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan besar, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan sungai. Dan meningkatnya aktivitas banjir ini juga disebabkan oleh banyaknya sampah yang dibuang sembarangan dan penebangan pohon-pohon yang biasanya dijadikan sebagai penyerapan air.
  • Mengapa paling sering Ibukota Jakarta yang selalu tergenang banjir ini juga dikarenakan letak Geografis Ibukota Jakarta yang lebih rendah yang dapat menyebabkan banjir. Walaupun ada bendungan tetapi terkadang bendungan ini tidak dapat menampung kiriman air yang berasal dari wilayah yang lebih tinggi seperti dari Bogor. letak daerah yang lebih rendah dan pembangunan yang terlalu padat serta banyaknya kerusakan lingkungan dengan banyaknya sampah yang dibuang sembarangan dan tidak adanya pohon-pohon yang dapat meresap air maka Ibukota Jakarta sering terjadi banjir.
  • Banyak cara yang dapat digunakan untuk mencegah banjir dan menanggulangi banjir. Jika saja masyarakat tidak membuang sampah sembarangan dan selalu membuang sampah pada tempatnya hingga sampah itu dapat di daur ulang dan tidak menebang pohon secara liar agar kestabilan alam dan lingkungan dapat terjaga.
  • Sebenarnya peringatan dini tentang banjir selalu diberitahukan apalagi setiap memasuki musim penghujan dan penghimbauan terhadap warga yang tinggal di sekitar dekat sungai pun sudah diberi peringatan dini untuk mengungsi karena pasti daerah dekat sungai tergenang banjir. Tetapi padatnya pembangunan dan banyaknya warga yang tidak menghiraukan akan peringatan dan pemberitahuan banjir ini membuat korban yang terkena banjir juga semakin banyak.

B. KRITIK DAN SARAN

  • Membangun bendungan yang ditinggikan sekitar 50 sentimeter supaya luapan airnya tidak sampai membanjiri rumah warga masyarakat.
  • Untuk mengatasi ancaman banjir, warga masyarakat harus sudah mulai membuat sumur-sumur resapan, secara swadaya maupun dengan bantuan pemerintah.
  • Banjir diperkirakan makin besar karena berbarengan dengan datangnya banjir air pasang laut atau rob. Banjir terus terjadi karena negara salah urus dalam mengelola sumber daya dan penataan ruang, maka pemerintah haruslah mengelola dengan baik sumber daya dan penataan ruang yang ada.
  • mengingatkan warga yang tinggal di daerah dekat pinggiran sungai agar waspada atau kalau bisa untuk pindah ke tempat tinggal yang lebih aman jauh dari jangkauan banjir.
  • Memberikan peringatan dan penghimbauan kepada seluruh masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan dan tidak memebang pohon secara liar.
  • Segera dilakukan Audit Lingkungan menyeluruh terhadap aktifitas-aktifitas pemanfaatan hutan dan kebijakan-kebijakan yang terkait dengan kawasan hutan disekitar lokasi bencana. Hasil audit ini harus dipublikasikan secara transparan kepada semua pihak.
  • Pemerintah harus melakukan upaya pemulihan dan bertanggungjawab tehadap semua kerugian yang ditimbulkan oleh bencana tersebut.
  • Menghentikan semua aktifitas eksploitasi kayu pada semua kawasan hutan alam baik di daerah Sumatera Utara ataupun Ibukota Jakarta sampai selesainya proses audit lingkungan yang menyeluruh dan proses penegakan hukum yang memberikan efek jera terhadap pihak-pihak yang melakukan perusakan hutan baik langsung maupun tidak langsung.
  • Segera dilakukan Audit Lingkungan menyeluruh terhadap aktifitas-aktifitas pemanfaatan hutan dan kebijakan-kebijakan yang terkait dengan kawasan hutan disekitar lokasi bencana. Hasil audit ini harus dipublikasikan secara transparan kepada semua pihak

C. DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir

http://megapolitan.kompas.com/read/2009/11/19/07132248/Puncak.Banjir.Jakarta.Bulan.Januari.201

http://gurungeblog.wordpress.com/2009/01/13/polusi-atau-pencemaran-lingkungan/

http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Pos_Pengumben_banjir_jakarta_2007.jpg

http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Flood_2007_-_Taxi_drowned.jpg

http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir_Jakarta_2007

http://rizkypratamaputra.blogspot.com/2010/02/latar-belakang-masalah-terjadinya.html

http://www.kompas.com/lipsus012009/ciliwung/read/xml/2009/01/19/08022254/Katulampa.Pun.Banjir

www.sinarharapan.co.id/.../foke-banjir-jakarta-sudah-mulai-dikendalikan/

http://aldrinsyah.multiply.com/journal/item/38/Banjir_Jakarta

resume mata kuliah akuntansi biaya

VARIABLE COSTING

Metode variable costing merupakan metode alternatif untuk menghitung harga pokok produksi di samping metode full costing yang diterima secara umum. Dengan dipisahkan informasi biaya menurut prilaku dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, metode variable costing mampu menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi manajemen dalam perencanaan laba jangka pendek, pengendalian biaya tetap yang lebih baik, dan pengambilan keputusan jangka pendek. Hal ini dimungkinkan karena dalam jangka pendek, biaya tetap tidak relevan karena tidak terpengaruh oleh pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen. Jika biaya tetap terpengaruh dalam pengambilan keputusan jangka pendek, metode variable costing dapat menyajikan dampak keputusan terdebut terhadap biaya tetap dan laba.

PERBANDINGAN METODE FULL COSTING DENGAN METODE VARIABLE COSTING

Metode full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi. Perbedaan pokok yang ada di antara kedua metode tersebut adalah terletak terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi yang berprilaku tetap. Adanya perbedaan terhadap biaya produksi tetap ini akan mempunyai akibat pada : (1) Perhitungan harga pokok produksi dan (2) Penyajian laporan rugi-laba.

Perbedaan Metode Full Costing dengan Metode Variable Costing Ditinjau dari Sudut Penentuan Harga Pokok Produksi

Full costing atau sering pula disebut absorption atau conventional costing adalah metode penentuan harga pokok produksi, yang membebankan seluruh biaya produksi, baik yang berperilaku tetap maupun variabel kepada produk. Harga pokok produksi menurut metode ful costing terdiri dari :

Biaya bahan baku Rp. xxx

Biaya tenga kerja langsung xxx

Biaya overhead pabrik tetap xxx

Biaya overhead pabrik variabel xxx

Harga pokok produk Rp. xxx

Dalam metode full costing, biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku tetap maupun variabel, dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya. Oleh karena itu, biaya overhead pabrik tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk dalam proses dan persediaan produk jadi yang belum laku dijual, dan baru dianggap sebagai biaya (unsur harga pokok penjualan) apabila produk jadi tersebut telah terjual.

Karena biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal, maka jika dalam suatu periode biaya overhead pabrik sesungguhnya berbeda dengan yang dibebankan tersebut, akan terjadi pembebanan overhead lebih (overapplied factory overhead) atau pembebanan biaya overhead pabrik kurang (underapplied factory overhead). Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku dijual maka pembebanan biaya overhead pabrik lebih atau kurang tersebut digunakan untuk mengurangi atau menambah harga pokok produk yang masih dalam persediaan tersebut (baik yang berupa persediaan produk dalam proses maupun produk jadi). Namun jika dalam suatu periode akuntansi tidak terjadi pembebanan overhead lebih atau kurang, maka biaya overhead pabrik tetap tidak mempunyai pengaruh terhadap perhitungan rugi-laba sebelum produknya laku dijual.

Variable costing adalah metode penentuan harga pokok yang hanya membebankan biaya-biaya produksi variabel saja ke dalam harga pokok produk. Harga pokok produk menurut metode variable costing terdiri dari :

Biaya bahan baku Rp. xxx

Biaya tenaga kerja variabel xxx

Biaya overhead pabrik variabel xxx

Harga pokok produk Rp. xxx

Variable costing sama dengan Direct costing tetapi tidak sama dengan direct cost (biaya langsung). Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang mudah diidentifikasikan (atau diperhitungkan) secara langsung kepada produk. Apabila pabrik hanya memproduksi satu jenis produk, maka semua biaya produksi adalah merupakan biaya langsung dalam hubungannya dengan produk. Oleh karena itu tidak selalu biaya langsung dalam hubungannya dengan produk merupakan biaya variabel.

Metode full costing menunda pembebanan biaya overhead pabrik tetap sebagai hanya sampai saat produk yang bersangkutan dijual. Jadi biaya overhead pabrik yang terjadi, baik yang berprilaku tetap maupun variabel, masih dianggap sebagai aktiva (karena melekat pada persediaan) sebelum persediaan tersebut terjual. Sebaliknya metode variable costing tidak menyetujui penundaan pembebanan biaya overhead pabrik tetap tersebut (atau dengan kata lain tidak menyetujui pembebanan biaya overhead tetap kepada produk.

Dalam metode variable costing, biaya overhead pabrik tetap diperlakukan sebgai period costs dan bukan sebagai unsur harga pokok produk, sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. Dengan demikian biaya overhead pabrik tetap di dalam metode variable costing tidak melekat pada persediaan produk yang belum laku dijual, tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya. Menurut metode variable costing, penundaan pembebanan suatu biaya hanya bermanfaat jika dengan penundaan tersebut diharapkan dapat dihindari terjadinya hanya yang sama dalam periode yang akan datang.

Biaya overhead pabrik tetap merupakan biaya yang dalam jangka pendek tidak berubah dalam hubungannya dengan perubahan volume produksi. Biaya tetap ini merupakan fungsi waktu dan bukan merupakan fungsi produksi. Ada atau tidak ada produksi, biaya ini tetap terjadi. Jadi penundaan pembebanan biaya overhead pabrik tetap tersebut dan memperlakukan biaya tersebut sebagai aktiva tidak bermanfaat, jika dalam periode yang akan datang biaya overhead pabrik tetap tersebut akan tetap terjadi.

Metode variable costing biaya overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai period cost, yaitu biaya yang dibebankan di dalam periode terjadinya. Pengertian period cost di dalam metode full costing dengan variable costing adalah berbeda. Full costing mengadakan pemisahan antara biaya produksi dengan period cost. Biaya produksi adalah biaya yang dapat diidentifikasikan dengan produk yang dihasilkan, sedangkan period cost adalah biaya-biaya yang tidak ada hubungannya dengan produksi dan dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. Biaya yang termasuk dalam period cost menurut full costing adalah : biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum (baik yang berprilaku tetap maupun variabel).

Menurut metode variable costing, period cost adalah biaya untuk mempertahankan tingkat kapasitas tertentu guna memproduksi dan menjual produk. Dalam metode variabel costing, period costs meliputi seluruh biaya tetap atau seluruh biaya kapasitas (capacity cost). Dengan demikian period cost menurut pengertian variable costing adalah biaya yang dalam jangka pendek tidak berubah dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, yang meliputi : biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum tetap.

Perbedaan Metode Full Costing dengan Metode Variable Costing Ditinjau dari Sudut Penyajian Laporan Rugi Laba

Ditinjau dari penyajian laporan rugi-laba, perbedaan pokok antara metode variable costing dengan full costing adalah terletak apda klasifikasi pos-pos yang disajikan dalam laporan rugi-labaa tersebut. Laporan rugi-laba yang disusun dengan metode full costing menitikberatkan pada penyajian unsur-unsur biaya menurut hubungan biaya menurut biaya dengan fungsi-fungsi pokok yang ada dalam perusahaan (functional-cost classification). Tapi di lain oihak laporan rugi-laba metode variabke costing lebih menitikberatkan pada penyajian biaya sesuai dengan perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan (classification by cost behaviour).

PERHITUNGAN RUGI-LABA MENURUT VARIABLE COSTING

Berikut ini disajikan contoh perhitungan rugi-laba menurut metode full costing dan metode variable costing untuk jangka waktu tiga bulan berturut-turut.

Contoh 1

PT El Sari memproduksi satu jenis produk. Data produksi dan biaya bulan Januari, Februari, dan Maret 19X1 disajikan pada Gambar 5.3.

Gambar 5.3

Data Produksi dan Biaya PT. El Sari Bulan Januari, Februari, dan Maret 19X1

Keterangan

Januari

Februari

Maret

Total

Persediaan awal

30

unit

40

unit

15

unit

30

unit

Produksi

200

165

165

530

Penjualan

190

190

165

545

Persediaan akhir

40

15

15

15

Harga jual per unit

Rp. 100

Rp. 100

Rp.100

Biaya bahan baku per unit

20

20

20

Biaya tenaga kerja per unit

10

10

10

Biaya overhead pabrik tetap sesungguhnya

1.700

1.700

1.700

Rp.5.100

Biaya overhead pabrik variabel sesungguhnya

800

660

660

2120

Tarif biaya overhead pabrik per unit produk :

-Tarif variabel

4

4

4

-Tarif tetap

8

8

8

Biaya adm. & umum :

Variabel per unit yang dijual

3

3

3

Tetap

400

400

400

1.200

Biaya Pemasaran :

Variabel per unit yang dijual

10

10

10

6.150

Tetap

1.000

1.000

1.000

3.000

Biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar unit produk yang dihasilkan. Tarif biaya overhead pabrik dihitung atas dasar kapasitas produksi nirmal per bulan sebanyak 200 kg. Dengan taksiran biaya overhead pabrik variabel sebesar Rp. 800 dan biaya overhead pabrik tetap sebesar Rp. 1.600 sebulan. Tarif standar biaya overhead pabrik tersebut berasal dari perhitungan berikut ini :

Gambar 5.4

Harga Pokok Per unit Produk Menurut Metode Full Costing dan Variable Costing

Full Costing

Variable Costing

Biaya Bahan Baku

Rp. 20

Rp. 20

Biaya Tenaga Kerja

10

10

Biaya overhead variabel

4

4

Biaya overhead pabrik tetap

8

Biaya produksi per unit

Rp. 42

Rp. 34

Penjelasan Perbedaan Perhitungan Rugi-Laba Metode Full Costing dengan Metode Variable Costing

Perbedaan pokok antara metode full costing dengan variable costing adalah terletak pada perlakuan terhadap biaya overhead pabrik tetap. Jika misalnya : a = volume penjualan dalam satuan kuantitas, b = volume produksi dalam satuan kuantitas, c = biaya overhead pabrik tetap per periode

Gambar 5.5. Perhitungan Laba Menurut Metode Variable dan Full Costing

PT EL SARI

Laporan Rugi-Laba Bulan Januari, Februari, Maret 19X1

Full Costing

Variabel Costing

Januari

Februari

Maret

Januari

Februari

Maret

(Rp)

(Rp)

(Rp)

(Rp)

(Rp)

(Rp)

Volume Penjualan (unit)

190

190

165

190

190

165

Hasil penjualan Volume x Rp. 100

19000

19000

16500

Hasil penjualan Volume x Rp. 100

19000

19000

16500

Hrg pokok penjualan

Biaya Variabel

Persediaan awal

1260

1680

630

Persediaan awal

1020

1360

510

Biaya Bahan Baku

4000

3300

3300

Biaya Bahan Baku

4000

3300

3300

Biaya Tenaga Kerja

2000

1650

1650

Biaya Tenaga Kerja

2000

1650

1650

Biaya Overhead Pabrik Variabel

800

660

660

Biaya Overhead Pabrik Variabel

800

660

660

Biaya Overhead Pabrik Tetap

1600

1320

1320

Harga Pokok Produk Siap Dijual

9660

8610

7560

Harga Pokok Produk Siap Dijual

7820

6970

6120

Persediaan Akhir

1680

630

630

Persediaan Akhir

1360

510

510

Hg. Pk. Penj. Sebelum Disesuaikan

7980

7980

6930

Harga Pokok Penjualan Variabel

6460

6460

5610

Biaya Ov. Pabrik (Lebih)

Biaya Adm. & Umum

Kurang Dibebankan

100

380

380

Variabel

570

570

495

Harga Pokok Penjualan

Biaya Pemasaran

Setelah Disesuaikan

8080

8360

7310

Variabel

1900

1900

1650

Total Biaya Variabel

8930

8930

7755

Laba Bruto

10920

10640

9190

Laba Kontribusi

10070

10070

8745

Biaya Komersial

Biaya Tetap

Biaya Adm. & Umum :

Biaya Ov. Pabrik Tetap

1700

1700

1700

Variabel

570

570

495

Biaya Adm. & Um. Tetap

400

400

400

Tetap

400

400

400

Biaya Pemasaran Tetap

1000

1000

1000

Biaya Pemasaran

Variabel

1900

1900

1650

Tetap

1000

1000

1000

Jml Biaya Komersial

3870

3870

Jumlah Biaya Tetap

3100

3100

3100

Laba Bersih

7050

6770

5645

Laba Bersih

6970

6970

5645

Jumlah biaya overhead pabrik tetap per satuan yang dibebankan kepada produk adalah sebesar c/b. Dalam metode full costing, biaya overhead pabrik tetap yang dibebankan kepada produk per periode adalah sebesar hasil kali biaya overhead pabrik tetap per satuan produk (c/b) dengan jumlah produk yang dijual dalam periode tersebut (a). Metode variable costing membebankan seluruh biaya overhead pabrik tetap (c) ke dalam periode terjadinya dan dipertemukan dengan pendapatan (revenues) yang diperoleh dalam periode tersebut. Dengan demikian selisih laba rugi yang dihitung menurut meode full costing dan variable costing dihitung dengan rumus berikut ini :

Beban biaya overhead pabrik tetap menurut full costing (c/b) . a

Beban biaya overhead pabrik tetap menurut variable costing ____ c

Selisih laba rugi menurut full costing dengan variable costing c /b (a-b)*

*(c/b . a) – c = (c/b . a) – (cb/b) = c/b (a-b)

Jika volume penjualan sama dengan volume produksi (a=b) maka c/b (a-b) hasilnya sama dengan 0. Dengan demikian laba atau rugi yang dihitung dengan full costing sama dengan laba atau rugi yang dihitung dengan metode variable costing.

Jika volume penjualan lebih besar dari volume produksi (a dibebankan dengan metode variable costing , yang mengakibatkan laba full costing lebih rendah dibandingkan dengan laba variable costing.

Jika volume penjualan lebih kecil dari volume produksi (a

2. Bila volume penjualan konstan dan volume produksi berubah, maka laporan rugi-laba variable costing menunjukkan laba atau rugi yang konstan karena laba atau rugi tidak dipengaruhi oleh perubahan persediaan, sedangkan laporan rugi-laba full costing akan menunjukkan laba atau rugi yang berubah, karena dipengaruhi oleh perubahan persediaan.

3. Bila volume produksi konstan, kedua metode tersebut akan menunjukkan laba yang berubah sesuai dengan penjualannya, yaitu bila volume penjualan naik, maka laba akan naik dan sebaliknya apabila volume penjualan turun, maka laba akan turun. Tetapi perubahan laba dalam kedua metode tersebut tidak sama, akrena di dalam full costing, perubahannya dipengaruhi oleh perubahan persediaan.


PENGUMPULAN BIAYA DALAM METODE VARIABLE COSTING

Menrut perilaku dalam hubungannya dengan perubahan kegiatan, biaya dapat dibagi menjadi tiga golongan : biaya tetap, biaya variabel, dan biaya semi variabel. Biaya tetap adalah biaya yang dalam kisar perubahan kegiatan tertentu tidak berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semi variabel adalah biaya yang mengandung unsur tetap dan unsur variabel, yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

Jika perusahaan menggunakan variable costing di dalam akuntansi biaya produksinya, biaya produksi dan biaya nonproduksi perlu dipisahkan menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Dalam rekening buku besar perlu pula disediakan rekening-rekening kontrol untuk menampung dan memisahkan biaya tetap dan biaya variabel.

Rekening Biaya Overhead Pabrik Variabel yang Dibebankan untuk mencatat biaya overhead pabrik variabel yang dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka. Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik variabel yang dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka adalah sebagai berikut :

Barang Dalam Proses–Biaya Overhead pabrik Rp. xxx

Biaya Overhead Pabrik Variabel yang Dibebankan Rp. xxx

Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dicatat pertama kali dalam rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya. Jurnal unruk mencatat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi adalah sebagai berikut :

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp. xxx

Berbagai Rekening yang Dikredit Rp. xxx

Pada akhir periode akuntansi, biaya overhead pabrik dianalisis perilakunya (dengan menggunakan metode regresi misalnya) untuk dipisahkan ke dalam biaya overhead pabrik tetap dan biaya overhead pabrik variabel. Berdasarkan analisis tersebut, biaya overhead pabrik sesungguhnya kemudian dipindahkan dari rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya dan Biaya Overhead Pabrik Tetap Sesungguhnya ke dalam rekening Biaya Overhead Pabrik Variabel Sesungguhnya dan Biaya Overhead Pabrik Tetap Sesungguhnya. Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi adalah sebagai berikut :

Biaya Overhead Pabrik Variabel Sesungguhnya Rp. xxx

Biaya Overhead Pabrik Tetap Sesunggunya xxx

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp. xxx

Pencatatan biaya pemasaran dan biaya administrasi & umum serupa dengan pencatatan biaya overhead pabrik sesungguhnya. Biaya pemasaran dan administrasi & umum yang terjadi dicatat dengan jurnal sebagai berikut :

Biaya Pemasaran Rp. xxx

Biaya Administrasi & Umum xxx

Berbagai Rekening yang Dikredit Rp. xxx

Pada akhir periode akuntansi, biaya pemasaran dan administrasi & umum dianalisis perilakunya untuk dipisahkan ke dalam biaya yang berperilaku tetap dan biaya yang berperilaku variabel. Berdasarkan analisis tersebut, biaya pemasaran kemudian dipindahkan dari rekening Biaya Pemasaran ke dalam rekening Biaya Pemasaran Variabel dan Biaya Pemasaran Tetap. Begitu pula dengan biaya administrasi dan umum. Jurnal untuk mencatat biaya pemasaran dan biaya administrasi & umum menurut perilakunya adalah sebagai berikut :

Biaya Pemasaran Rp. xxx

Biaya Pemasaran Tetap xxx

Biaya Administrasi & Umum Variabel xxx

Biaya Administrasi & Umum Tetap xxx

Biaya Pemasaran Rp. xxx

Biaya Administrasi & Umum xxx

PENYAJIAN LAPORAN RUGI-LABA KEPADA PIHAK LUAR PERUSAHAAN

Jika perusahaan menggunakan metode variable costing dalam akuntansi biayanya, untuk menyajikan laporan rugi-laba bagi kepentingan pihak luar perlu dilakukan perubahan unsur biaya yang diperhitungkan ke dalam harga pokok persediaan produk dalam proses, persediaan produk jadi, dan harga pokok penjualan. Perubahan ini tidak perlu dicatat dalam catatan akuntansi, namun hanya dilakukan untuk mengubah laporan rugi-laba yang disusun menurut metode variable costing ke dalam laporan rugi-laba menurut metode full costing.

MANFAAT INFORMASI YANG DIHASILKAN OLEH METODE VARIABLE COSTING

Manfaat Informasi Variable Costing Dalam Perencanaan Laba Jangka Pendek


Untuk kepentingan perencanaan laba jangka pendek, manajemen memerlukan informasi biaya yang dipisahkan menurut perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Dalam jangka pendek, biaya tetap tidak berubah dengan adanya perubahan volum ekegiatan, sehingga hanya biaya variabel yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen dalam pengambilan keputusannya. Oleh karena itu, metode variable costing yang menghasilkan laporan rugi-laba yang menyajikan informasi biaya variabel yang terpisah dari informasi biaya tetap dapat memenuhi kebutuhan manajemen untuk perencanaan laba jangka pendek. Laporan rugi-laba variable costing menyajikan dua ukuran penting : (1) Laba kontribusi dan (2) Operating leverage. Dengan adanya pemisahan biaya tetap dan biaya variabel dalam laporan rugi-laba metode variable costing, hal ini memungkinkan manajemen melakukan analisis hubungan antara biaya, volume, dan laba.


Pengendalian biaya

Variable costing menyediakan informasi yang lebih baik untuk mengendalikan period costs dibandingkan informasi yang dihasilkan oleh full costing. Dalam full costing biaya overhead pabrik tetap diperhitungkan dalam tarif biaya overhead pabrik dan dibebankan sebagai unsur biaya produksi. Oleh karena itu manajemen kehilangan perhatian terhadap period costs (biaya overhead pabrik tetap) tertentu dapat dikendalikan. Didalam variable costing, period costs yang terdiri biaya yang berperilaku tetap dikumpulkan dan disajikan secara terpisah dalam laporan rugi-laba sebagai pengurang terhadap laba kontribusi. Discretionary fixed costs merupakan biaya yang berperilaku tetap karena kebijakan manajemen. Biaya ini dalam jangka pendek daoat dikendalikan oleh manajemen. Commited fixed costs merupakan semua biaya yang tetap dikeluarkan, yang tidak dapat dikurangi guna mempertahankan kemampuan perusahaan dalam memenuhi tujuan jangka panjang perusahaan. Dalam jangka pendek commited fixed costs tidak dapat dikendalikan oleh manajemen. Dengan dipisahkannya biaya tetap dalam kelompok tersendiri dalam laporan rugi-laba variable costing, manajemen dapat memperoleh informasi directionary fixed costs terpisah dari commited fixed costs, sehingga pengendalian biaya tetap dalam jangka pendek dilakukan oleh manajemen.


Manfaat Informasi Variable Costing dalam Pengambilan keputusan

Variable costing menyajikan data yang bermanfaat untuk pembuatan keputusan jangka pendek. Dalam pembuatan keputusan jangka pendek yang menyangkut mengenai perubahan volume kegiatan, period costs tidak relevan karena tidak berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan. Variable costing khususnya bermanfaat untuk penentuan harga jual jangka pendek.

Dan jika ditinjau dari sudut penentuan harga, perbedaan pokok antara full costing dan variable costing adalah terletak pada konsep penutupan biaya (concept of cost recovery). Menurut metode full costing, harga jual harus dapat menutup total biaya, termasuk biaya tetap di dalamnya. Di dalam metode variable costing, apabila harga jual tersebut telah menghasilkan laba kontribusi guna menutup biaya tetap adalah lebih baik daripada harga jual yang tidak menghasilkan laba kontribusi sama sekali.

KELEMAHAN METODE VARIABLE COSTING

Pemisahan biaya-biaya ke dalam biaya variabel dan tetap sebenarnya sulit dilaksanakan , karena jarang sekali suatu biaya benar-benar variabel atau benar-benar tetap. Penggolongan biaya sebagai suatu biaya variabel dengan asumsi :

  • Bahwa harga barang atau jasa tidak berubah
  • Bahwa metode dan prosedur produksi tidak berubah-ubah
  • Bahwa tingkat efisiensi tidak berfluktuasi


Sedangkan biaya tetap dibagi menjadi dua kelompok :

Biaya tetap yang dalam jangka pendek dapat berubah, misalnya gaji manajer produksi, pemasaran, keuangan, serta gaji manajer akuntansi.

Biaya tetap yang dalam jangka panjang konstan, misalnya depresiasi dan sewa kantor yang dikontrakkan untuk jangka panjang. Namun dalam jangka yang panjang semua biaya adalah berprilaku variabel.

Metode variabel costing dianggap tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim, sehingga laporan keuangan untuk kepentingan pajak dan masyarakat umum harus dibuat atas dasar metode full costing, jika biaya overhead pabrik tetap tidak diperhitungkan dalam harga pokok persediaan dan harga pokok penjualan akan menghasilkan informasi harga pokok produk yang tidak wajar. Biaya overhead pabrik tetap, seperti halnya dengan biaya overhead pabrik variabel diperlukan untuk memproduksi dan oleh karena itu menurut metode full costing memang lebih ditunjukkan untuk memenuhi informasi bagi kepentingan intern perusahaan. Kelemahan ini dapat diatasi dengan mudah oleh metode variable costing dengan cara mengubah laporan rugi-laba variable costing ke dalam laporan rugi-laba full costing seperti telah diuraikan di muka.

Dalam metode variable costing, naik turunnya laba dihubungkan dengan perubahan-perubahan dalam penjualannya. Untuk perusahaan yang kegiatan usahanya bersifat musiman, variabel costing akan menyajikan kerugian yang berlebih-lebihan dalam periode-periode tertentu, sedangkan dalam periode lainnya akan menyajikan laba yang tidak normal. Laporan rugi-laba bulanan yang disajikan berdasarkan metode variable costing diragukan manfaatnya bila dibandingkan dengan laporan rugi-laba yang disusun atas dasar metode full costing.

Tidak diperhitungkannya biaya Overhead Pabrik tetap dalam persediaan dan harga pokok persediaan dan harga pokok persediaan akan mengakibatkan nilai persediaan lebih rendah, sehingga akan mengurangi modal kerja yang dilaporkan untuk tujuan-tujuan analisis keuangan.

sumber-sumber yang dijadikan referensi :

  • Mulyadi, Akuntansi Biaya, Edisi ke-3, Yogyakarta : UPP STIM YKPN
penulisan resume ini semata-mata bukan untuk kepentingan komersil tetapi hanya untuk membantu para mahasiswa untuk mendapatkan resume dari tugas mata kuliah Akuntansi Biaya dan agar para pembaca dapat lebih mengerti tentang variabel costing. kurang lebihnya saya mohon maaf dan terima kasih.

    AbOuT mE

    Foto saya
    i love all about japan.. Mulai dr kebudayaan jepang,teknologi,pendidikan,ekonomi,sejarah,politik,musik,dorama,anime,manga dan masyarakat jepang..

    '

    what's Up !!

    Bookmark and Share

    mY FoLLoWeR

    mY Facebook BaDgE

    mY sMiLey

    mY mUsiC

    Automatic Created Playlist by www.autoplaylist.com
    Make Your Own Mp3 & Video Playlist at www.autoplaylist.com

    mY Fish